Sajadah Untuk Kakek Aku

 Sajadah Untuk Kakek Aku

Waktu itu Saya masih berusia 14 tahun, sebagai anak seorang petani hampir tiap hari bermain di sawah, kadang bantu Ibu mencari kayu bakar, menyabit rumput, dan membantu Ayah menjaga tanamannya di sawah.

Pada suatu hari, saya libur sekolah dan pergi ke sawah, kebetulan pada hari itu belum waktunya menyabit rumput untuk kambing biri-biri. Di tepian telaga kecil yang biasa dipakai sebagai tempat sholat, Saya duduk termenung melihat Sajadah daun pisang yang sudah kering yang biasa dipakai Kakek untuk solat.
Terlintas dibenak Saya ingin mencoba membuat ANYAMAN daun kelapa seperti yang dibuat oleh Ayah untuk dipakai sholat, Saya berusaha mengingat-ingat cara Ayah menganyam daun kelapa.
Tanpa pikir panjang Saya mengambil daun kelapa ditepi kolam kecil dan langsung membelahnya menjadi dua, Saya sempat bingung bagaimana awalnya menganyam daun kelapa ini agar seperti yang Ayah buat, maka Saya pun terus mencoba menyilangkan daun demi daun sambil mengingat gerakan telaten Ayah menganyam daun kelapa agar bisa terbentuk menjadi KELABANG. Terus mencoba dan mencoba sampai akhirnya Saya temukan juga cara menyilangkan daun kelapa itu. Setelah jumpa tehniknya langkah selanjutnya lebih mudah karena mengikut bentuk yang dianyam dari awal.

Saya pun merasa senang karena telah mulai terlihat hasilnya. Saya bertekad sebelum azan zuhur bisa siap agar anyaman daun kelapa ini bisa dipakai Kakek sholat mengganti daun pisang yang sudah kering dan renyuk. Suara loud speaker dari masjid mengumandangkan suara bacaan al-qur’an menandakan waktu zuhur sudah dekat. Dan akhirnya anyaman Saya pun siap menjadi KELABANG (sajadah daun kelapa) untuk dipakai Kakek sholat zuhur. Kumandang azan bergema dari berbagai menara masjid. Kakek menuju kolam kecil yang dipakai untuk berwudhu, dengan bangga Saya sodorkan KELABANG ke Kakek untuk dijadikan sajadah solat zuhur, Kakek tersenyum dan bertanya, “siapa yang buat KELABANG ini ? “, Saya “sahut Saya menjawab pertanyaan Kakek. Lalu Kakek memuji Saya” pandai Cucu Kakek buat KELABANG”. Saya senang dengan pujian itu dan Kakek langsung meletakkan KELABANG buatan Saya di atas daun pisang yang sudah kering sebagai alas sholatnya.

~( setiap melihat daun Kelapa pasti tangan Saya ingin menganyam dan membuat KELABANG)~
~(Alfatihah buat Kakek Guru ngaji Saya)~

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
Halo,
Ada yang bisa kami bantu?